Mengenal Bootstrapping dalam Membangun Startup

Bagikan artikel ini

Salah satu tantangan utama yang dialami oleh seorang founder startup adalah mendapatkan pendanaan untuk bisnis mereka. Dari berbagai sumber pendanaan, pendekatan yang makin populer dari kalangan founder startup untuk mengatasi hal tersebut adalah bootstrapping. Apa itu bootstrapping, mengapa metode ini menjadi pilihan, dan bagaimana kelebihan serta kelemahan dari metode ini? Mari kita ulas bersama.

Apa itu Bootstrapping?

Bootstrapping adalah proses membangun bisnis tanpa bergantung pada investasi atau pendanaan dari pihak eksternal. Founder startup yang melakukan bootstrapping mendanai bisnisnya dengan mempergunakan sumber daya yang mereka miliki sendiri tanpa perlu berbagi kepemilikan saham dengan pihak eksternal. Sumber dana biasanya dapat berupa setoran modal dari para founder, baik berasal dari uang pribadi, maupun pinjaman pada pihak lainnya.

Mengapa disebut Bootstrapping?

Bootstrap secara bahasa adalah lubang yang terdapat di bagian belakang sepatu yang digunakan untuk menarik sepatu agar mudah ketika dipakai. Istilah ini mulai dikenal di tahun 1800an dari sebuah frase: “pull yourself up by your bootstraps”. Frase ini banyak digunakan sebagai kalimat sarkas yang digunakan untuk menyebutkan sebuah pekerjaan yang sangat sulit dilakukan, bahkan tidak mungkin. Kita tidak dapat mengangkat tubuh kita hanya dengan mengangkat bootstraps di sepatu kita.

Bootstrap pada sepatu

Istilah ini kemudian digunakan dalam bisnis ketika merepresentasikan situasi membangun bisnis tanpa bergantung pada investor eksternal. Karena itu adalah hal yang sangat sulit, maka kata bootstrap disandingkan padanya.

Mengapa Founder memilih Bootstrapping?

Jika Bootstrapping adalah hal yang sangat sulit, mengapa menjadi pilihan para founder startup? Bootstrapping menjadi pilihan pada beberapa kondisi misalnya:

  • Founder ingin memiliki kemandirian dan kontrol atas startup nya sehingga tidak bergantung pada investor eksternal
  • Founder memiliki kecukupan sumber daya untuk membangun bisnisnya dan mengedepankan sustainabilitas dari kesehatan bisnis untuk menjadi bahan bakar pertumbuhannya
  • Founder ingin memfokuskan waktunya untuk validasi model bisnis dan pengembangan bisnis alih-alih membaginya untuk kegiatan fundraising dan maintain shareholder
  • Founder memiliki kesulitan untuk fundraising sehingga menjadikan opsi bootstrapping sebagai pilihan alternatif

Contoh sukses Startup Bootstrap

Ada beberapa bisnis yang skalanya sudah besar yang dibangun secara bootstrap oleh foundernya.

1. Zoho

Zoho adalah startup yang menawarkan produk manajemen dan produktivitas bisnis seperti CRM, email, project management, accounting, hingga human resource. Zoho didirikan pada tahun 1996 oleh Sridhar Vembu dan Tony Thomas dan 2023 kemarin diperkirakan mendapatkan revenue lebih dari USD 1,2 milyar dari 250 ribu customer dari berbagai negara. Sampai saat ini, Zoho memiliki 30 aplikasi bisnis untuk beragam kebutuhan bisnis.

2. Mailchimp

Mailchimp adalah startup yang menawarkan platform email marketing dan otomasi yang sudah digunakan oleh 12 juta pelanggan dan brand besar seperti TEDTalks, Shutterstock, Boston Market dan Nikon India. Startup yang didirikan tahun 2001 ini, memiliki pendapatan US$ 700 juta di tahun 2023. Di tahun 2021, Mailchimp di akuisisi oleh Intuit dengan perkiraan nilai USD 12 milyar. Intuit adalah perusahaan yang menawarkan platform solusi manajemen bisnis dan keuangan untuk UKM.

3. Basecamp

Basecamp adalah startup menawarkan project management tool yang didirikan di Chicago, Illinois, Amerika Serikat tahun 1999. Mereka membangtu penggunanya dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dalam sebuah tim. Basecamp dikenal karena aplikasi mereka yang simple dengan user friendly dibandingkan dengan kompetitor mereka. Saat ini Basecamp telah memiliki lebih dari 100 ribu paying user dari berbagai negara di dunia.

Kelebihan dan Kekurangan Bootstrapping dalam Membangun Startup

Terlepas dari alasan founder melakukan bootstrapping, metode ini memiliki keunggulan maupun kekurangan.

Beberapa keunggulan bootstrapping:

  1. Founder memiliki independensi dan kontrol penuh pada bisnisnya karena tidak perlu berbagi kepemilkan dengan investor.
  2. Founder dapat fokus dalam mengembangkan bisnisnya alih-alih perlu meluangkan waktu melakukan fundraising.
  3. Dalam keterbatasan sumber daya, founder berpotensi melahirkan cara-cara kreatif dan efisien dalam operasional dan pemasaran.
  4. Founder akan lebih concern pada efisiensi biaya dan pembagian skala prioritas dengan seksama.
  5. Dorongan untuk lebih cepat mencapai sustainabilitas/profitabilitas dalam bisnis.

Beberapa kelemahan bootstrapping:

  1. Kecepatan bertumbuh bisnis relatif lebih lambat dibanding bisnis yang mendapatkan pendanaan dari investor.
  2. Founder menanggung seluruh resiko bisnis saat terjadi kegagalan, terlebih jika sumber dana mereka berasal dari pinjaman personal.
  3. Founder akan cenderung lebih memfokuskan aspek jangka pendek bisnis karena tuntutan untuk cepat sustain.
  4. Bisnis akan terbatas dan lebih sulit dalam berkompetisi dalam arena persaingan, terlebih jika kompetisi di market tersebut sangat ketat.
  5. Fleksibilitas bisnis relatif lebih terbatas karena sumber daya yang terbatas. Beberapa aspek seperti marketing, branding, inovasi produk baru, atau hiring relatif terbatas sesuai dengan ketersedian sumber daya yang ada dalam bisnis.
  6. Kredibilitas bisnis bootstrap relatif lebih rendah dibanding yang mendapat pendanaan. Hal ini dapat berdampak pada aspek brand awareness bisnis di market.

Menjadi startup yang membangun bisnis dengan bootstrap bukan berarti anti venture capital. Sebagaimana kita juga perlu memahami bahwa mendapatkan funding dari venture capital bukanlah satu-satunya cara untuk membangun bisnis yang sukses.

Bootstrapping adalah pilihan preferensi sang founder dalam membangun bisnis sesuai dengan karakter dan kondisi mereka. Metode ini belum tentu cocok digunakan untuk semua jenis bisnis, namun bootstrapping dapat membentuk sosok founder yang lebih concern pada sumber daya dan sustainabilitas bisnisnya sehingga mengurangi ketergantungan pada faktor eksternal yang belum tentu bisa dikendalikan mereka. Terlebih di momen tech winter saat pendaan startup semakin berkurang, bootstrap dapat menjadi opsi bagi mereka dalam membangun bisnis.