6 Mindset yang Harus Dimiliki Founder Startup Bootstrapping

Bagikan artikel ini

Membangun startup adalah pekerjaan yang sulit dan menantang, maka membangun startup dengan melakukan bootstrapping akan lebih sulit dan menantang lagi.

Mindset Founder Startup | Gambar oleh RDNE Stock project

Agar dapat menjalani tantangan-tantangan tersebut dengan baik, maka seorang founder startup perlu membekali diri dengan beberapa mindset yang produktif bagi bisnis startup bootstrapping. Mari kita bahas apa saja mindset yang akan berguna bagi para bootstrap startup founder.

1. Manajemen Risiko

Manajemen | Gambar oleh Mikhail Nilov

Karena sang founder menggunakan modal sendiri, maka saat terdapat kegagalan keseluruhan risiko akan menjadi risiko sang founder.Oleh karena itu manajemen risiko yang baik perlu dilakukan sedari awal. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam manajemen risiko founder startup bootstrap:

  1. Identifikasi risiko 
    Sang founder perlu mengidentifikasi semua risiko yang mungkin timbul dalam inisiatif membangun startup dengan bootstrapping. beberapa risiko yang biasanya akan melekat pada sebuah startup diantaranya resiko finansial, operasional, pasar, persaingan, kepatuhan dan regulasi serta reputasi. 
  2. Evaluasi dan analisis risiko
    Setelah kita melakukan identifikasi risiko, selanjutnya kita menganalisis tingkat risiko dan prioritasnya. Mana yang paling tinggi dampak negatifnya maupun paling tinggi peluang terjadinya. Kita juga perlu merencanakan respon yang akan dilakukan dari setiap risiko yang telah kita identifikasi tadi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.
  3. Perencanaan respon risiko
    Dengan perencanaan ini maka kita telah memiliki pedoman yang dapat digunakan ketika pemicu risiko yang kita telah identifikasi terjadi. Hal ini akan memudahkan manajemen risiko yang baik untuk bisnis kita. 
  4. Pemantauan dan pengendalian risiko
    Identifikasi mana saja risiko yang secara dampak dan probabilitas kejadian yang perlu disesuaikan atau diubah rencana respon resikonya. 

2. Kreativitas dalam keterbatasan

Creative skill | Gambar oleh Pixabay

Founder startup dalam kondisi terbatasnya perlu memiliki mindset bahwa ia perlu mencari dan melakukan cara tidak biasa untuk memecahkan tantangan yang ada dalam bisnisnya.

Cara tidak biasa dan cenderung baru yang diterapkan dalam pemasaran misalnya, dapat menciptakan traffic dan penjualan yang besar. Teknik ini disebut Growth hacking.

Beberapa kejadian yang cukup dikenal seperti : strategi blackberry memperkenalkan brand nya lewat email signature “sent from my Blackberry”, strategi Airbnb melakukan mirroring posting pada web craigslist, atau stiker Apple dalam tiap pembelian produk.

3. Market First, then Product

Pendekatan market first menekankan pentingnya kita menemukan market sebelum kita mencari ide produk yang ingin dikembangkan. 

Pasar | Gambar oleh Erik Scheel

Market yang kita cari adalah market yang cukup besar untuk menciptakan bisnis yang sehat namun masih rendah tingkat persaingannya. Dan yang paling penting adalah mereka memiliki keinginan untuk membeli produk yang akan kita tawarkan.

Salah satu strategi efektif bagi founder bootstrap founder dalam menerapkan mindset market first adalah memulai dengan niche target market.

Niche target market adalah target market yang lebih sempit karena punya kesamaan yang lebih banyak dalam persona mereka. Strategi ini akan lebih murah sekaligus efektif untuk startup dengan sumber daya yang terbatas.

4. Ketahanan dan Fleksibilitas : Don’t Expect Instant Gratification

Semua aktivitas yang diperlukan dalam membangun bisnis perlu investasi waktu. Ketika sudah dilakukan pun aktivitas tersebut tidak pernah berhenti bahkan ketika bisnis kita sudah mulai memperlihatkan hasil. 

Resilience | Gambar oleh Andrea Piacquadio

Oleh karena itu seorang founder bootstrap startup perlu ketahanan yang kuat. Mereka sering kali harus bertahan dalam situasi sulit dalam kurun waktu yang cukup lama.

Selain ketahanan, founder bootstrap startup juga perlu daya fleksibilitas yang baik, terutama dalam kondisi pasar yang dapat berubah dengan cepat Mengubah strategi dengan sigap ketika sudah tidak lagi relevan butuh keberanian karena setiap perubahan pasti ada risiko.

5. Berjejaring dan Kolaborasi

Jejaring yang banyak dan baik akan membantu founder baik di tahapan validasi market hingga ketika ia sudah mulai menjajakan produknya. Customer yang mengenal langsung founder dari sebuah produk akan lebih mudah untuk diyakinkan membeli dibandingkan tidak kenal sama sekali sekaligus memperoleh feedback untuk iterasi perbaikan produk selanjutnya.

Teamwork | Gambar oleh Andrea Piacquadio

Kolaborasi dapat bermanfaat untuk mencapai sesuatu dengan bekerja bersama orang lain yang memiliki kemampuan atau sumber daya yang melengkapi kita.

Objektif utama dari jejaring dan kolaborasi ini adalah untuk menciptakan outcome yang besar di tengah keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh sang founder dan bisnisnya..

6. Financial Strategy Effectiveness

Memiliki kontrol yang baik dalam keuangan adalah salah satu kunci penting dalam bootstrapping. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan founder di awal perjalanan adalah mengalokasikan terlalu banyak pengeluaran pada hal yang tidak relevan dengan target pertama startupnya yaitu validasi bisnis model.

Parameter bisnis model tervalidasi misalnya adalah adanya sejumlah pembeli yang mau membeli produk dengan pricing yang kita tetapkan, ia puas dengan produk kita, dan melakukan pembelian ulang atau merekomendasikan pada kenalannya. Minimal risiko kita membuat produk yang tidak dibutuhkan pasar sudah berkurang.

Manajemen keuangan | Gambar oleh Lukas

Seorang founder perlu memonitor situasi keuangan bisnisnya secara berkala. Ia perlu tahu berapa banyak jumlah penjualan, jumlah biaya bahan baku, jumlah keuntungan, hingga berapa jumlah uang tersisa yang ia masih miliki untuk membuat bisnisnya bertahan.

Dari Keenam mindset tersebut mana nih yang sudah kamu miliki saat ini Founders?